CIANJUR, (PRLM).- Sejumlah pedagang Pasar Bojongmeron telantar akibat kios dan barang dagangannya ludes terbakar dari kebaran yang terjadi Senin (20/5/2013). Mereka mengaku merugi ratusan juta rupiah dan mengharapkan adanya perhatian dari Pemkab Cianjur untuk dapat permodalan pembangunan kios dan modal berdagang.
"Kebanyakan yang terbakar adalah kios sembako. Saya punya dua kios yang satu untuk dagang dan yang satu gudang persedian barang yang akan dijual semua ludes terbakar. Kalau kerugian saya sendiri bisa mencapai Rp 50 juta," kata Ujang (45), salah seorang pedagang pasar setempat.
Ujang bersama beberapa anggota keluarga membersihkan puing-puing reruntuhan bangunan kios dan mencari barang-barang yang mungkin masih bisa diselamatkan."Tadi sudah ada beberapa petugas dari Pemkab Cianjur yang datang mendata, tapi belum tau akan memberikan bantuan atau tidak," ucapnya.
Ujang berharap mendapatkan sedikit bantuan untuk kembali membangun kios nya meski kecil dan untuk modal berdagang. "Ini beberapa barang dagangan yang ada di rumah tetap saya gelar untuk dijual meski di kios yang habis kebakaran. Kalau tidak begini kami tidak bisa makan," tuturnya.
Dari hasil pendataan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diperindag) Cianjur, sedikitnya 21 kios permanen terbakar, dan sekitar 8 lainnya yang masuk kios semi permanen juga ikut hangus. "Mereka yang kiosnya terbakar sebenarnya berjualan diatas lahan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan memang sudah memegang izin," ujar Kepala Diseprindag Cianjur, Himam Haris.
Himam mengatakan saat ini permintaan warga yang mengharapkan bantuan masih dalam proses pembahasan. Pasalnya, Diperindag juga susah melakukan hal ini karena banyak kios yang ternyata disewakan. "Justru kami ingin seluruh kios yang berdiri di pinggir rel kereta api ini bisa direlokasi paling lambat Tahun 2015 ke Pasar Pasir Hayam yang tempatnya lebih besar dan nyaman," katanya.
Namun, kata Himam, melakukan relokasi pun tidak mudah. Memberikan pemahamanan terus menerus kepada para pedagang harus dilakukan. "Saat ini sebagian pedagang masih ada penolakan. Padahal, jika direlokasi wilayah Bojongmeron akan terbebas dari kemacetan dan bisa ditata lebih baik," ucapnya.
"Kebanyakan yang terbakar adalah kios sembako. Saya punya dua kios yang satu untuk dagang dan yang satu gudang persedian barang yang akan dijual semua ludes terbakar. Kalau kerugian saya sendiri bisa mencapai Rp 50 juta," kata Ujang (45), salah seorang pedagang pasar setempat.
Ujang bersama beberapa anggota keluarga membersihkan puing-puing reruntuhan bangunan kios dan mencari barang-barang yang mungkin masih bisa diselamatkan."Tadi sudah ada beberapa petugas dari Pemkab Cianjur yang datang mendata, tapi belum tau akan memberikan bantuan atau tidak," ucapnya.
Ujang berharap mendapatkan sedikit bantuan untuk kembali membangun kios nya meski kecil dan untuk modal berdagang. "Ini beberapa barang dagangan yang ada di rumah tetap saya gelar untuk dijual meski di kios yang habis kebakaran. Kalau tidak begini kami tidak bisa makan," tuturnya.
Dari hasil pendataan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diperindag) Cianjur, sedikitnya 21 kios permanen terbakar, dan sekitar 8 lainnya yang masuk kios semi permanen juga ikut hangus. "Mereka yang kiosnya terbakar sebenarnya berjualan diatas lahan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan memang sudah memegang izin," ujar Kepala Diseprindag Cianjur, Himam Haris.
Himam mengatakan saat ini permintaan warga yang mengharapkan bantuan masih dalam proses pembahasan. Pasalnya, Diperindag juga susah melakukan hal ini karena banyak kios yang ternyata disewakan. "Justru kami ingin seluruh kios yang berdiri di pinggir rel kereta api ini bisa direlokasi paling lambat Tahun 2015 ke Pasar Pasir Hayam yang tempatnya lebih besar dan nyaman," katanya.
Namun, kata Himam, melakukan relokasi pun tidak mudah. Memberikan pemahamanan terus menerus kepada para pedagang harus dilakukan. "Saat ini sebagian pedagang masih ada penolakan. Padahal, jika direlokasi wilayah Bojongmeron akan terbebas dari kemacetan dan bisa ditata lebih baik," ucapnya.
0 comments:
Post a Comment