Hari ini UN (Ujian Nasional) atau UAN 2013 sudah memasuki hari ketiga. Walaupun pemerintah dalam hal ini kemendikbud memperketat dan memperbanyak variasi soal menjadi 20 paket. Lalu pengaman berikutnya adanya barcode disetiap lembar soal dan lembar jawaban, sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi kecurangan seperti tahun-tahun lalu.
Tapi namanya juga maling, biasanya maling mempunyai teknologi selangkah kedepan dibanding polisi hehehe. Sadis ya istilahnya kok maling sih. Iya, kalau mental sudah rusak dan dasarnya mau curang segala cara dilakukan, termasuk dengan memanfaatkan kecanggihan dan kemajuan teknologi termasuk Teknologi Informasi atau Information Teknologi (IT).
Bagaimana pihak-pihak sekolah dalam artian siswa atau guru atau orang-orang yang melakukan kecurangan memanfaat kan teknologi ini?
Kuncinya adalah gadget (hp smartphone, BB, pc tablet) dan koneksi internet. Selama barang ini masih lolos masuk kedalam kelas saat ujian, maka kecurangan - kecurangan itu bisa terjadi. Malah penulis mendengar kabar burung yang tidak bisa dipastikan kebenarannya bahwa ada pihak sekolah yang sengaja melengkapi ruangan ujian dengan wifi dan akses internet dengan kecepatan yang lumayan, lalu para siswa diperbolehkan membawa hp smartphonenya dan gagetnya masuk ke dalam ruang ujian. Pastinya sudah “main mata” dengan para pengawas dong.
Adapun kecurangan yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi secara online ini antara lain:
Kecurangan pertama, siswa memfoto soal dan mengirimkan kepada pihak tertentu (bisa guru,tentor bimbel,gacok atau joki) yang akan mengerjakan soal dengan tenang setelah menerima kiriman foto dari tempatnya sambil ngopi-ngopi dan mengirim jawaban kepada siswa yang ujian melalui email atau mms juga bisa.
Kecurangan kedua, siswa yang tidak punya gacok(joki) alias tentor yang mengerjakan soal akan memanfaatkan internet untuk browsing mencari jawaban dari eyang Google yang sakti mandraguna lebih sakti dari eyang Subur hehehe. (Cara ini yang banyak dilakukan siswa-siswa itu)
Kecurangan ketiga, siswa mengambil foto barcode pada lembar soal dan jawabannya kemudian mengirimkan ke pihak (yang telah dibayar untuk mengerjakan soal dengan paket 20 tadi). kemudian pihak tersebut segera mengirimkan jawabannya kepada siswa yang telah membayar itu. Cara ini sudah terorganisir dan sangat rapi dan diduga memanfaatkan soal yang terlambat dikirim itu sudah dicuri oleh pihak-pihak yang melakukan kecurangan itu.
Memang teknologi informasi bisa membantu orang untuk hal-hal yang positif dan juga negatif termasuk kecurangan dalam UN tahun ini. Jadi sebenarnya bukan sistemnya atau keamanan UN-nya yang tidak canggih, tapi memang mental orang-orangnya yang memang sudah rusak. Secanggih apapun, mau dibuat berapa paketpun masih bisa diakal-akali.
Semoga kecurangan model-model seperti ini tidak terjadi lagi dan pengawas jangan mau diajak main mata oleh pihak sekolah. Pengawas harus memeriksa dan menggeledah setiap hp atau gaget milik siswa harus dikumpulkan di meja pengawas.
Tapi namanya juga maling, biasanya maling mempunyai teknologi selangkah kedepan dibanding polisi hehehe. Sadis ya istilahnya kok maling sih. Iya, kalau mental sudah rusak dan dasarnya mau curang segala cara dilakukan, termasuk dengan memanfaatkan kecanggihan dan kemajuan teknologi termasuk Teknologi Informasi atau Information Teknologi (IT).
Bagaimana pihak-pihak sekolah dalam artian siswa atau guru atau orang-orang yang melakukan kecurangan memanfaat kan teknologi ini?
Kuncinya adalah gadget (hp smartphone, BB, pc tablet) dan koneksi internet. Selama barang ini masih lolos masuk kedalam kelas saat ujian, maka kecurangan - kecurangan itu bisa terjadi. Malah penulis mendengar kabar burung yang tidak bisa dipastikan kebenarannya bahwa ada pihak sekolah yang sengaja melengkapi ruangan ujian dengan wifi dan akses internet dengan kecepatan yang lumayan, lalu para siswa diperbolehkan membawa hp smartphonenya dan gagetnya masuk ke dalam ruang ujian. Pastinya sudah “main mata” dengan para pengawas dong.
Adapun kecurangan yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi secara online ini antara lain:
Kecurangan pertama, siswa memfoto soal dan mengirimkan kepada pihak tertentu (bisa guru,tentor bimbel,gacok atau joki) yang akan mengerjakan soal dengan tenang setelah menerima kiriman foto dari tempatnya sambil ngopi-ngopi dan mengirim jawaban kepada siswa yang ujian melalui email atau mms juga bisa.
Kecurangan kedua, siswa yang tidak punya gacok(joki) alias tentor yang mengerjakan soal akan memanfaatkan internet untuk browsing mencari jawaban dari eyang Google yang sakti mandraguna lebih sakti dari eyang Subur hehehe. (Cara ini yang banyak dilakukan siswa-siswa itu)
Kecurangan ketiga, siswa mengambil foto barcode pada lembar soal dan jawabannya kemudian mengirimkan ke pihak (yang telah dibayar untuk mengerjakan soal dengan paket 20 tadi). kemudian pihak tersebut segera mengirimkan jawabannya kepada siswa yang telah membayar itu. Cara ini sudah terorganisir dan sangat rapi dan diduga memanfaatkan soal yang terlambat dikirim itu sudah dicuri oleh pihak-pihak yang melakukan kecurangan itu.
Memang teknologi informasi bisa membantu orang untuk hal-hal yang positif dan juga negatif termasuk kecurangan dalam UN tahun ini. Jadi sebenarnya bukan sistemnya atau keamanan UN-nya yang tidak canggih, tapi memang mental orang-orangnya yang memang sudah rusak. Secanggih apapun, mau dibuat berapa paketpun masih bisa diakal-akali.
Semoga kecurangan model-model seperti ini tidak terjadi lagi dan pengawas jangan mau diajak main mata oleh pihak sekolah. Pengawas harus memeriksa dan menggeledah setiap hp atau gaget milik siswa harus dikumpulkan di meja pengawas.
0 comments:
Post a Comment